IAWNews.com – Penundaan gelaran Pesona Nusantara Bekasi Keren (PNBK) 2025 tidak hanya memunculkan ragam respons dari warga, tetapi juga membuka percakapan baru tentang empati, kemanusiaan, dan makna seni di tengah masyarakat. Di balik antusiasme yang telah terbangun berbulan-bulan, para peserta karnaval dan orangtua justru menunjukkan dukungan penuh terhadap keputusan Pemerintah Kota Bekasi.
Salah satu suara yang merefleksikan semangat tersebut datang dari Ummu Alimin, orangtua salah satu penari. Ia mengaku sempat melihat kekecewaan kecil di wajah sang anak ketika kabar penundaan diumumkan. Latihan yang berjalan berminggu-minggu, wardrobe yang telah disewa, hingga jadwal keluarga yang sudah disesuaikan, sempat menjadi pertimbangan emosional di rumah.
Namun bagi Ummu Alimin, keputusan Pemkot adalah langkah yang tepat. “Ketika dijelaskan bahwa penundaan ini karena kondisi bangsa dan cuaca yang tidak menentu, dia bisa memahami,” katanya di Bekasi Selatan, Jumat (06/12/2025).
Justru, lanjutnya, keputusan itu menjadi momen penting untuk berdialog dengan anak tentang nilai empati dan prioritas kemanusiaan.
“Saya bilang ke anak saya, kadang kita harus menunda sesuatu demi kebaikan yang lebih besar. Ini pelajaran berharga untuk anak-anak, bahwa seni itu juga tentang rasa peduli, ” ujar Ummu Alimin.
Walau harus menunggu jadwal baru, semangat anaknya tidak padam. Mereka tetap berlatih secara mandiri di rumah,
menjaga tarian dan ekspresi agar tetap matang.
“Ini kesempatan untuk menyempurnakan tampilan. Mereka sudah terlanjur sayang dengan karyanya, jadi semangatnya tetap tinggi,” jelas Ummu Alimin.
Apresiasi juga di sampaikan oleh Ummu Alimin atas pernyataan terbuka Pemkot Bekasi yang menyampaikan permohonan maaf kepada peserta dan orangtua. Sikap itu, menurutnya, membuat keluarga merasa dihargai.
“Kami tidak merasa ditinggalkan, justru diajak memahami situasi. Itu yang membuat kami mendukung, ” ucapnya.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Bekasi mengumumkan penundaan PNBK 2025 sebagai bentuk empati atas musibah yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, sekaligus mempertimbangkan kondisi cuaca ekstrem. Langkah tersebut disambut positif oleh masyarakat, terutama para pendamping peserta muda yang telah menyiapkan diri untuk tampil.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dzikron, menegaskan bahwa perjuangan dan karya para peserta tidak akan diabaikan.
“Nanti kita undang mereka dalam kesempatan lain, Pak Wali akan kasih apresiasi untuk mereka. Untuk bentuknya apa, masih kami diskusikan,” ujarnya.
Di tengah dinamika seni budaya yang terus berkembang di Kota Bekasi, penundaan PNBK 2025 menjadi pengingat bahwa panggung seni bukan hanya soal tampil, tetapi juga ruang untuk menanamkan nilai kemanusiaan. Ajang ini mungkin tertunda, namun semangat para seniman muda Bekasi tetap menyala, bahkan kian matang menunggu waktu pentas yang lebih tepat. (gono)

