IAWNews.com – Di tengah tren horor Indonesia yang kian eksploratif, Syirik: Danyang Laut Selatan tampil sebagai karya yang memadukan kengerian spiritual dengan kekuatan budaya lokal. Disutradarai dan ditulis oleh Hestu Saputra, film ini bukan sekadar rangkaian jumpscare, melainkan sebuah eksplorasi tentang keyakinan, cinta, dan kuasa mistik yang tumbuh dari akar tanah Jawa.
Film Syirik : Danyang Laut Selatan akan mulai tayang serentak pada 19 Juni 2025 dan digadang-gadang sebagai horor yang menggugah, bukan hanya menakutkan didukung oleh deretan bintang papan atas, seperti Teuku Rassya, Donny Alamsyah, Kinaryosih, Totos Rasiti, Richelle Skornicki, dan Nikita Mirzani. Kehadiran para aktor ini menjadi jaminan kualitas dari sisi akting dan daya tarik yang kuat bagi penonton.

Disampaikan oleh Hestu Saputra bahwa film ini lahir dari kejadian-kejadian nyata yang ia temui selama riset di wilayah pantai selatan Yogyakarta. “Tempatnya indah, sangat memesona. Tapi ada sesuatu yang tak terlihat, yang magis”, katanya saat Press Screening di Jakarta (16/06/2025).
Lokasi syuting yang dipilih pun bukan sekadar setting visual, melainkan ruang hidup dari kisah-kisah mistik yang selama ini hidup dalam tradisi lisan masyarakat sekitar. Film ini juga mengangkat tradisi Rasulan ritual bersih desa yang dianggap sebagai ‘lebaran kedua’ oleh warga Wonosari.
Plot utama film Syirik : Danyang Laut Selatan berkisar pada cinta tragis antara Sari (Richelle Skornicki) dan Said (Teuku Rassya). Sari, yang sangat mencintai ibunya Santika (Kinaryosih), dihadapkan pada pilihan: mengikuti jejak sang ibu dalam tradisi penari mistik atau menerima ajakan Said menuju cahaya agama.

Richelle mengaku mendalami peran ini lewat banyak perenungan dan latihan meditasi. “Aku mencoba hubungkan pengalaman pribadi ketika aku juga pernah berada di titik bingung,” ujarnya.
Sementara Kinaryosih menyiapkan perannya dengan belajar menari Jawa dan nyinden. “Tokoh Santika ini kuat tapi salah arah. Dia mewariskan keyakinan yang keras ke anaknya, yang ternyata justru jadi peluru dalam cerita ini”, tuturnya.
Tak hanya dari sisi cerita, pengalaman syuting Syirik juga penuh tantangan. Teuku Rassya mengungkap bahwa syuting di tebing laut selatan menjadi salah satu pengalaman terseram yang pernah ia alami. “Setiap menit bisa ada lima kali ombak besar. Kami harus tahu timing agar tidak tersapu air. Baru setelah selesai, kami diberi tahu kalau tempat itu pernah makan korban jiwa”, ungkapnya.
Sementara Doni Alamsyah, yang memerankan tokoh Ki Dalang, harus mendalami dunia wayang dan mantra-mantra kuno untuk tampil autentik. “Memainkan wayang itu tidak semudah kelihatannya. Saya juga belajar bahasa Jawa halus dan menembang”, katanya yang menganggap peran ini sebagai salah satu tantangan terberat sepanjang kariernya.

Uniknya, dua karakter dalam film iniKi Dalang dan Lurah (diperankan Totos Rasiti) tidak diberi nama. Totos Rasiti bahkan menyebut bahwa ini menjadi bahan diskusi santai di lokasi. “Kami sering bercanda, ‘kita ini siapa sih?’ Tapi mungkin memang sengaja dirahasiakan oleh penulis dan sutradara”, ujarnya.
Karakter Ki Dalang menjadi pusat konflik antara kekuasaan dan kepercayaan. Ia diceritakan sebagai pemimpin ritual yang menggunakan warisan leluhur untuk mengendalikan warga desa melalui praktik syirik.
Nama Nikita Mirzani yang memerankan Ningsih menjadi kejutan tersendiri dalam film ini. Meski tidak hadir di konferensi pers, kuasa hukumnya, Fahmi Bachmid, menyampaikan apresiasi atas film yang mengangkat kisah lokal dan nilai-nilai budaya. “Nikita sangat bangga bisa terlibat dalam proyek seperti ini. Film ini bukan hanya hiburan, tapi juga refleksi,” ujarnya.

Syirik: Danyang Laut Selatan bukan hanya film horor. Ini adalah jendela menuju tradisi dan kepercayaan yang masih hidup di banyak daerah di Indonesia. Dengan cerita yang kompleks dan penuh nuansa spiritual, film ini mengajak penonton mempertanyakan kembali makna kesetiaan, cinta, dan kebenaran.
Apakah tradisi adalah warisan atau kutukan ?. Apakah keyakinan turun-temurun selalu benar ?. Dan apa yang terjadi ketika cinta diuji oleh dunia yang tak kasatmata ?. Jawabannya bisa ditemukan mulai 19 Juni 2025, saat Syirik: Danyang Laut Selatan menghantui layar bioskop di seluruh Indonesia. (cahyo)