IAWNews.com – Dunia imajinasi Jin Yong kini menemukan bentuk baru di luar halaman buku dan layar kaca. Linda Gallery menghadirkan pameran bertajuk A Path To Glory, menampilkan karya patung kontemporer seniman Tiongkok Ren Zhe, sebagai bagian dari perayaan 100 tahun kelahiran maestro sastra wuxia itu. Pameran berlangsung di Townhall IDD PIK 2, mulai 3 hingga 19 Oktober 2025.
Diungkapkan oleh Linda MA selaku owner Linda Gallery bahwa judul A Path To Glory mengandung makna mendalam. Jalan menuju kejayaan dalam kisah-kisah Jin Yong tidak pernah mudah penuh ujian, pengkhianatan, cinta yang terluka, hingga pertarungan batin. “Ren Zhe menerjemahkan perjalanan itu ke dalam tubuh-tubuh perunggu yang tegap, seakan siap melangkah melintasi waktu”, ujarnya.

Jin Yong, atau Louis Cha, dikenal sebagai pengarang paling berpengaruh dalam genre wuxia. Selama hidupnya, ia menulis 15 novel silat yang merangkai nilai keberanian, cinta, dan kehormatan. Trilogi ikoniknya, Pendekar Rajawali (Condor Heroes Trilogy), menjelma karya klasik yang terus hidup melalui lebih dari 130 adaptasi film dan serial TV.
Kisah-kisahnya bukan sekadar hiburan. Mereka adalah cermin perjalanan moral: tentang bagaimana manusia berjuang melawan takdir, mencari kebenaran, dan menegakkan nilai-nilai luhur. Tak heran, survei di Tiongkok mencatat 8 dari 10 orang pernah membaca atau menonton karya Jin Yong setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Dalam A Path To Glory, Ren Zhe menghidupkan semangat para pendekar Jin Yong dengan medium patung. Postur dinamis, detail ekspresi, dan gestur penuh energi menjadi ciri khas karya pematung muda ini. Nilai keberanian, kemurahan hati, hingga kejujuran yang menjiwai kisah-kisah Jin Yong pun terlihat jelas dalam tiap pahatan.

Ren Zhe, lulusan Akademi Seni Rupa Tsinghua, adalah seniman kontemporer yang menggabungkan tradisi Timur dengan estetika modern. Karyanya menghadirkan percakapan antara masa lalu dan masa kini, antara filsafat klasik dan ekspresi global. Seperti halnya dunia wuxia yang lahir dari tradisi namun selalu relevan, patung Ren Zhe juga berdiri di perbatasan itu.
Pameran bertajuk A Path To Glory ini bukan hanya penghormatan kepada seorang pengarang besar, tetapi juga refleksi atas nilai universal yang terkandung dalam wuxia yaitu keberanian untuk memilih jalan benar, meski penuh rintangan.
Meski pusat perayaan 100 tahun Jin Yong digelar di Haining, kota kelahirannya di Tiongkok, gema peringatan itu kini terasa hingga ke Indonesia. Kehadiran A Path To Glory di Jakarta membuka ruang baru bagi penikmat seni dan sastra untuk merayakan warisan budaya yang lintas generasi.

Dengan patung-patung Ren Zhe yang berdiri kokoh, seolah-olah para pendekar Rajawali melintas di ruang pameran. Dari kata-kata yang ditulis Jin Yong, kini lahirlah tubuh-tubuh yang bisa dipandang, disentuh, dan direnungkan.
Seperti pesan abadi wuxia yaitu jalan kejayaan bukan hanya soal menguasai pedang, melainkan menjaga jiwa agar tetap setia pada kebenaran. (ade)