IAWNews.com — Di tengah dinamika ekonomi masyarakat urban yang kian terasa beberapa tahun terakhir, sebuah inisiatif sosial kembali hadir sebagai ruang empati dan kolaborasi. Yayasan Bersinar Pelita Hati, di bawah gagasan Ibu Wiwiek Hargono, istri Wali Kota Bekasi menggelar program “Makan Bayar Seikhlasnya” yang rutin berlangsung setiap hari Jumat di sejumlah titik Kota Bekasi.
Program ini menghadirkan 100 porsi makanan siap santap yang dapat dinikmati warga tanpa kewajiban pembayaran. Mereka dipersilakan memberikan kontribusi seikhlasnya, atau bahkan makan gratis apabila sedang tidak memiliki kemampuan finansial.
“Kami ingin memastikan bahwa siapa pun berhak mendapatkan makanan layak tanpa merasa terbebani biaya,” ujar Wiwiek Hargono dalam keterangan terpisah.
Ditekankan oleh Wiwiek Hargono bahwa program ini bukan sekadar aksi berbagi makanan, melainkan gerakan memperkuat solidaritas sosial di tengah kehidupan perkotaan yang serbacepat.
Dari kacamata ekonomi, inisiatif “Makan Bayar Seikhlasnya” menjadi contoh bagaimana aktivitas sosial dapat menciptakan sirkulasi ekonomi kerakyatan. Warga yang mampu dapat menyumbang, sementara yang membutuhkan terbantu—menciptakan pola redistribusi mandiri yang lahir dari kesadaran kolektif, bukan regulasi formal.
Bentuk kegiatan seperti ini kian relevan, terutama di tengah tekanan biaya hidup. Kehadiran makanan layak tanpa beban harga menjadi penopang bagi masyarakat berpenghasilan harian hingga pekerja informal yang rentan fluktuasi pendapatan.
Menariknya, kegiatan yang digelar setiap Jumat ini bukan hanya diminati karena aspek kebutuhan, tetapi juga karena nilai kebersamaan yang tumbuh di dalamnya. Banyak warga datang untuk makan, tapi pulang dengan cerita, obrolan hangat, bahkan persahabatan baru.
“Kalau bisa setiap hari, karena7 sangat membantu. Apalagi di masa-masa sulit seperti sekarang,” ujar salah satu warga yang turut menikmati hidangan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa gaya hidup masyarakat urban kini mulai bergeser: tidak lagi semata mengejar konsumsi, tetapi juga mencari ruang-ruang yang menawarkan makna sosial, empati, dan kebersamaan.
Program “Makan Bayar Seikhlasnya” mendapat apresiasi luas karena dinilai membawa manfaat nyata tanpa syarat atau ketentuan rumit. Banyak pihak melihatnya sebagai model gerakan sosial yang memberdayakan, bukan sekadar memberi.
Yayasan Bersinar Pelita Hati sendiri berencana memperluas titik kegiatan agar lebih banyak warga Bekasi dapat merasakan manfaatnya. Semakin luas jangkauan, semakin besar pula potensi terbangunnya ekosistem sosial yang saling menguatkan.
Dengan pendekatan sederhana namun sarat makna, “Makan Bayar Seikhlasnya” bukan hanya kegiatan amal, melainkan representasi gaya hidup berbagi yang mengakar dalam budaya Indonesia. Program ini menunjukkan bahwa di tengah tekanan ekonomi, solidaritas tetap bisa tumbuh dan menjadi energi positif bagi masyarakat. (gonz)

