Categories Kuliner

Caribbe Commune Perjalanan Dua Anak Muda Membangun Coffee Shop Berbasis Komunitas

IAWNEws.com – Berawal dari impian dan semangat kewirausahaan sejak kecil, Szasza Gusmantara dan Jessicca Carneline berhasil membangun bisnis coffee shop yang kini berkembang pesat dengan tiga cabang di Jakarta. Dengan mengusung konsep komunitas, Coffee Shop Caribbe Commune bukan hanya sekadar tempat ngopi, tetapi juga menjadi rumah kedua bagi berbagai komunitas yang ingin berkumpul dan berbagi pengalaman.

Szasza Gusmantara, yang sejak kecil sudah terbiasa membantu usaha orang tuanya, mengungkapkan bahwa dirinya memang sudah diajarkan untuk mandiri dalam mencari uang. “Orang tua selalu mengajarkan saya untuk bekerja untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain,” ujarnya.

Berbekal pengalaman berwirausaha sejak SMA, Szasza Gusmantara bersama Jessicca Carneline memulai bisnis coffee shop ini dari usaha kecil di Jakarta Pusat. Dengan modal awal sebesar Rp 30 juta dari tabungan pribadi mereka, Coffee Shop Caribbe Commune akhirnya berdiri. Berkat kerja keras dan konsep yang unik, bisnis ini berkembang dan kini memiliki tiga cabang, yaitu di Joglo, Tomang, dan Gunung Sahari.

Menariknya, Szasza Gusmantara mengakui bahwa dirinya sebenarnya bukan pecinta kopi sejati. Namun, dirinya tertarik dengan komunitas yang sering berkumpul di coffee shop. Dari situlah, lahir konsep Caribbe Commune, yang mengedepankan kebersamaan dan rasa kekeluargaan.

“Kami ingin Coffee Shop Caribbe Commune ini menjadi rumah kedua, bukan sekadar tempat nongkrong. Bukan hanya datang, minum kopi, lalu pulang, tetapi juga membentuk hubungan kekeluargaan”, jelas Szasza Gusmantara.

Dari segi operasional, Jessicca Carneline yang memiliki pengalaman di dunia food and beverage (FnB) bertanggung jawab dalam meracik kopi dan menciptakan rasa khas Caribbe Commune. “Saya belajar kopi secara otodidak, mencoba berbagai biji kopi, hingga menemukan rasa yang pas untuk Caribbe”, katanya.

Saat pertama kali dibuka, Caribbe Commune hanya memiliki tiga menu andalan, yaitu Americano, Caribbe Ice Coffee, dan Aren Latte. Kini, menu mereka semakin berkembang dengan berbagai inovasi rasa yang tetap mempertahankan karakteristik khas Caribbe Commune.

Yang membedakan Caribbe Commune dari coffee shop lainnya adalah pengalaman yang diberikan kepada pelanggan. Selain suasana kekeluargaan, coffee shop ini juga menyediakan fasilitas seperti meja biliar, karaoke, dan live music, yang menjadikannya tempat berkumpul yang lebih dari sekadar minum kopi.

Dari segi harga, coffee shop Caribbe Commune tetap mempertahankan harga yang bersahabat, berkisar antara Rp 18.000 hingga Rp 30.000, dengan makanan termahal seharga Rp 35.000.

Perjalanan membangun Caribbe Commune tentu tidak selalu mulus. Jessicca Carneline mengaku bahwa awalnya ia bahkan tidak mengerti tentang bisnis kopi. “Saya dulu bekerja di bidang event, tetapi ketika pandemi Covid-19, semua acara terhenti. Dari situ, saya mulai menjual kopi literan, hingga akhirnya membuka coffee shop”, tuturnya.

Namun, perjalanan itu tidak mudah. Jessicca Carneline pernah mengalami kecurangan dari seorang barista yang ia pekerjakan. Kejadian itu membuatnya harus belajar sendiri tentang cara meramu kopi. Berkat ketekunan dan kegigihannya, ia akhirnya menemukan formula kopi yang kini menjadi ciri khas Caribbe Commune.

Sementara itu, Szasza Gusmantara menambahkan bahwa dalam berbisnis, tantangan terbesar bukan hanya dari internal, tetapi juga dari faktor eksternal. “Berdebat dengan partner bisnis itu wajar, tapi yang terpenting adalah bagaimana kami bisa mengatur jobdesk masing-masing agar tidak terjadi bentrokan. Saya fokus ke manajemen dan marketing, sementara Jessicca menangani produk dan rasa”, jelasnya.

Saat ini, coffee shop Caribbe Commune telah mempekerjakan hampir 30 karyawan di tiga gerai mereka. Bagi Szasza Gusmantara dan Jessicca, Carneline membangun ekosistem kerja yang sehat adalah kunci keberhasilan bisnis.

“Karyawan bukan hanya butuh gaji, tetapi juga lingkungan kerja yang nyaman. Kami ingin mereka merasa bahwa Caribbe Commune bukan hanya tempat kerja, tetapi juga rumah kedua mereka”, kata Szasza Gusmantara.

Ke depan, coffee shop Caribbe Commune berencana untuk membuat rostering kopi sendiri, yang memungkinkan mereka mengolah biji kopi secara mandiri. “Kami ingin lebih jauh mengenal kopi, bertemu langsung dengan petani, dan membuka peluang usaha baru di industri ini”, ungkap Jessicca Carneline.

Selain itu, mereka juga ingin menjadikan coffee shop Caribbe Commune sebagai tempat edukasi bagi para pecinta kopi. “Kami ingin pengunjung tidak hanya menikmati kopi, tetapi juga belajar tentang prosesnya, dari biji hingga menjadi secangkir kopi yang mereka minum”, tambah Jesicca Carneline.

Bagi Szasza Gusmantra dan Jessicca Carneline , mental yang kuat adalah hal pertama yang harus dimiliki oleh anak muda yang ingin berbisnis. “Berbisnis itu ada naik turunnya, kalau mental tidak kuat, kita bisa mudah menyerah”, ujar Szasza Gusmantara.

Selain itu, mereka juga menekankan pentingnya komitmen. “Anak muda sering kali masih ingin bersenang-senang, padahal dalam bisnis, kita harus melewati fase sulit dulu sebelum merasakan hasilnya”, tambah Jessicca Carneline.

Dengan semangat pantang menyerah dan konsep bisnis yang unik, Coffee Shop Caribbe Commune telah membuktikan bahwa dengan kerja keras, ketekunan, dan strategi yang tepat, sebuah bisnis dapat berkembang dan bertahan di industri yang kompetitif. Ke depannya, Caribbe Commune siap untuk terus tumbuh dan membawa pengalaman ngopi yang lebih bermakna bagi masyarakat Indonesia. (tyo)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like